Cari Blog Ini

Senin, 07 Juni 2010

Cerpen : Sekarwangi

Dipostingkan Oleh Ayub sambara
Komentar Ayub : cerpen ini mempunyai diksi yang memiliki makna yang tinggi yang ingin menggambarkan betapa sakitnya mencintai seseorang hingga terluka...Salut buat sahabat saya yang sudah menulisnya.

SEKARWANGI

“Aku cinta kamu”,

“apa buktinya kau mencintaiku?”,

“kau tidak melihat ini?”, Sekarwangi membuka seluruh tabir yang menutupi dirinya, kini ia memberikan pemandangan yang memilukan didepan altar merah berkelambu sutra, tak sehelaipun benang menutupi dirinya beserta seluruh keasliannya. Matanya yang tinggal rongga meneteskan airmata bersulam nanah, mulutnya yang sudah tak karuan bentuk berkata terpatah-patah, ia menangis sambil memegangi kepalanya yang kosong.

“semua ini gara-gara kau”,

“apa maksumu?”

Sekarwangi membungkuk merogoh bagian bawah altar, diambilnya bola mata, lidah,hati dan otaknya yang terbungkus jadi satu.

“Sekarwangi, apa-apaan ini!!”,nada suara lelaki itu meninggi,jijik mungkin melihat apa yang digenggam Sekarwangi.

“ini semua ulahmu, aku tidak sanggup menahan sakit karena dirimu !! Mataku terus saja melihat dirimu hingga terpaksa kucongkel sebelah, tapi kau malah lari kesebelahnya lagi hingga harus kucongkel keduanya !!”,dilemparnya kedua bola mata yang indah kedepan lelaki yang dicintainya, bola mata itu terus mengeluarkan air mata, lelaki itu tersentak mundur satu langkah.

“ lihat, otak dan hatikupun terus mengingat dirimu, kepalaku sakit luar biasa, rasanya seperti ditusuk jarum disetiap pori-porinya, begitu juga hatiku yang membuat dadaku sesak dan aku tidak bisa bernapas lega! Aku juga terpaksa merelakan lidahku yang dipotong oleh Ayahanda karena terus menyebut namamu padahal kau tak pernah mau mendengar seluruh kidung rindu yang kunyanyikan bersama embun malam, kau..kau masih saja sangsi dengan apa yang kukatakan??”, Sekarwangi berjalan tergopoh-gopoh sementara darah terus saja mengalir dari lukanya, berkali-kali ia jatuh dan berdiri, berjalan makin mendekati sosok lelaki yang meragukan keagungan perasaannya.lelaki itu terpana memandang sosok Sekarwangi yang dulu dikenalnya kini menjadi sesosok monster, bagai tanah liat yang tak jadi tembikar.

“kini bukti apa lagi yang kau minta? Tak cukup semua ini?”

Semakin mendekat makin terlihat didalam rongga dadanya yang terbuka,ada segumpal daging yang berdetak disana.” Kau lihat, hanya ini yang tersisisa dariku,apa kau ingin mengambil ini juga?”,dengan tangan yang bergetar Sekarwangi mencabut paksa jantungnya yang tinggal satu-satunya,”ambilah”,kata terakhir yang terucap dari sisa mulutnya.bangkai Sekarwangi tergeletak dibawah kaki lelaki yang dicintainya, bongkahan jantungnya masih terus berdetak seakan mewakili perasaan yang tak pernah mati, setiap detaknya mengeluarkan darah yang terus menerus hingga perlahan menenggelamkan satu persatu apa yang ada dikamar itu termasuk altar merah yang menjadi saksi terciptanya kidung-kidung pilu tentang pujaan hatinya yang tak henti meyangsikan cintanya.

“apa yang kau lakukan Sekarwangi,,” kini semuanya tenggelam dalam lautan darah dan air mata yang harum, seharum luka Sekarwangi.


Aku ingin jatuh cinta pada semua yang ia punya, aku ingin mencinta sehangat kepakan sayap-sayap burung gereja, bukan, bukan cinta yang sepanas hembusan napas sang naga.

Saat kutatap, sekujur tubuh lemah meratap

Aku ingin yang seperti itu, bukan dingin dan sakit yang kumau, bukan sesak dan pusing yang kurasa jika kau bersamanya

Seluruh diriku menjabarkan,

Aku cinta padamu tapi kau tidak….

Tentang penulis


Nama : Aprisca

Ttl : banjarmasin, 9 april 1989

Asal : banjarmasin, kalimantan selatan

Hobi : menulis

Fb : pcha.sweet89@gmail.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar